PSP News — Arus Survei Indonesia merilis 10 nama politikus milenial berpotensi menjadi calon menteri Presiden Joko Widodo. Nama politikus tersebut diurutkan dengan penilaian kualitatif.
epuluh nama politikus yang berpotensi menjadi menteri secara berurutan adalah; Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (70,06), Ketum PSI Grace Natalie (68,62), Wakil Gubernur Jateng dan politisi PPP Taj Yasin Maimoen (68,51), Ketum PKPI Diaz Hendropriyono (64,36), Wasekjen PKB Lukmanul Hakim (61,11).
BACA JUGA : 10 Sosok Milenial yang Dinilai Tepat Masuk Kabinet Jokowi
Selanjutnya, putra Ketum NasDem Surya Paloh, Prananda Paloh (60,91), politikus Hanura Arwani Syaerozi (58,78), putra politikus senior PAN Amien Rais, Hanafi Rais (56,76), keponakan Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (54,54), dan putri Ketum Perindo Hary Tanoesoedibjo, Angela Herliani Tanoesoedibjo (52,54).
“Ada sepuluh nama milenial dari partai politik,” kata Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an dalam jumpa pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (21/7).
BACA JUGA : ASI: Calon Menteri Milenial Perlu Punya Chemistry dengan Jokowi
Lebih jauh, Ali menjelaskan nama tersebut makin potensial apabila figur tersebut memiliki sokongan politik yang kuat. Kata dia, nama yang terjaring dekat dengan partai atau organisasi yang dekat dengan Presiden Jokowi.
“Calon menteri disebut potensial jika selain punya kompetensi, ia juga punya sokongan dari partai politik atau ormas atau organisasi relawan atau punya kedekatan khusus atau chemistry dengan Jokowi-Ma’ruf,” jelas Ali.
Nama yang dijaring melalui survei pakar atau opini publik pada 26 Februari sampai 12 Maret 2019. Tokoh tersebut dinilai berdasarkan lima aspek; integritas dan rekam jejak, kompetensi dan kapabilitas, inovasi dan kreativitas, komunikasi publik dan pengaruh sosial, aspek manajerial dan kemampuan pemimpin.
Tim pakar yang menilai berasal dari kalangan akademisi, jurnalis, pengamat, politikus, pengusaha muda, ormas, tokoh masyarakat, kalangan profesional, sampai praktisi pemerintahan. Pakar melakukan analisis media dari April sampai Juli 2019.