Kabar bohong atau hoaks begitu menjamur di media sosial (medsos). Karena itu, para pengguna (medsos) diminta untuk hati-hati dan bijak dalam menyebarkan konten yang belum bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Indonesia termasuk negara yang paling banyak menggunakan media sosial. Terlebih para remaja yang masih labil dalam sisi pemikiran. Acapkali, hoaks disebar dan menyebabkan kekisruhan. Selain itu, banyak juga kasus hoaks yang ujungnya berurusan dengan pihak yang berwajib.
Anggota DPR RI Fraksi NasDem, Prananda Surya Paloh mengatakan, dirinya merasa sangat prihatin dengan banyaknya kabar dan informasi yang beredar di medsos. Hal itu memberi dampak negatif bagi pengguna media sosial yang berusia remaja. Apalagi sudah mendekati tahun politik.
“Ini sudah mengkhawatirkan dan sangat memprihatinkan. Karena bagaimanapun juga, seharusnya alat komunikasi yang bisa memudahkan kita, malah menjadi negatif.” kata Prananda usai acara yang digagas Penggiat Medsos di Medan yang bertema Anak Medan Suka ‘Ulok’, Tapi Gak Suka ‘Hoax’ di Kota Medan, Kamis (2/8) sore.
Dia tak menampik, jika saat tahun politik, media sosial kerap digunakan untuk menjatuhkan lawan. Dia mengimbau, agar masyarakat lebih cermat lagi memilah informasi. Harus dipastikan sumber informasinya.
“Gunakan Medsos untuk hal yang baik. Harus bisa bertanggungjawab dan beretika,” ujarnya.
Dalam acara ini sempat muncul ide kalau penggunaan media sosial harus dimasukkan dalam kurikulum pendidikan. Prananda pun menyambut ide itu dengan baik.
“Saya rasa itu Ide yang sangat bagus dan tidak ada ruginya. Jadi mungkin bisa kita terapkan dari tingkat nasional seperti task Force (gugus tugas),” katanya.
Nantinya, gugus tugas itu langsung dikomandoi Presiden atau kementrian terkait. Mulai dari SD, SMP dan SMA harus dibekali pemahaman tentang menggunakan media sosial.
“Nah itu salah satunya langsung kurikulum SD, SMP dan SMA. Karena kita ini dulu kan hanya belajar komputer menggunakan internet. Dampak bahayanya belum tahu. Nah ini juga baru. Mungkin saya pun mau ikut kurikulum itu kalau ada,” tandasnya.
Dalam diskusi tadi, puluhan penggiat media sosial ikut hadir. Sempat terjadi diskusi panjang terkait dampak kabar hoaks yang tersebar di media sosial. Namun diskusi tetap berlangsung cair dengan solusi-solusi yang dihasilkan.