Wakil Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat (NasDem) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Prananda Surya Paloh mengatakan Indonesia masih menghadapi berbagai masalah meski sudah merdeka selama 70 tahun. Hal ini didasari oleh belum adanya penerapan sistem politik yang kokoh dari pemerintah dalam membangun negara.
Seperti kebiasaan menghamburkan dana yang besar dalam pesta demokrasi (pemilu), masyarakat yang terlalu mengandalkan transfer teknologi dari negara lain, dan penggerusan sumber daya alam (SDA) yang berujung pada kerusakan alam.
“Di bidang ekonomi, Indonesia terlalu mengandalkan utang sehingga berdampak rusaknya hutan, alam habis dieksploitasi. Di bidang sosial, manusia dianggap sebagai beban, segregasi tersembunyi, dan tidak hargai HAM. Akibatnya pendidikan rendah, pemisahan kultural, pribumi, aliran agama,” kata Nanda dalam diskusi bulanan di Auditorium DPP Partai NasDem, Sabtu (22/8).
Selain itu, di bidang lingkungan, globalisasi sebagai ancaman dan jadi bangsa yang congkak untuk menutupi rasa minder dengan kemajuan negara lain. Akibatnya jadi bangsa paranoid dan kehilangan nilai luhur.
Oleh karena itu, pria yang juga menjabat sebagai Anggota Komisi I DPR RI mengimbau agar pemerintah mau menerapkan paradigma baru, guna menciptakan kemajuan di Indonesia. “Kita harus menerapkan paradigma baru. Seperti yang kita tahu, paradigma lama adalah apa yang sudah kita lakukan sebelum dan setelah kemerdekaan hingga saat ini. Sedangkan paradigma baru itu apa yang akan terjadi nanti,” imbuhnya.
Seperti paradigma baru di bidang politik, pemerintah harus menanamkan demokrasi kebutuhan, pemilu rutinitas demokrasi yaitu murah, mudah dan terbuka. Sehingga penguasa terbatas dan pemilu bisa tiap saat.
Sedangkan di bidang ekonomi, harus mengandalkan investasi, SDM dan SDA terbarukan agar ekonomi jadi baik. Di bidang sosial menanamkan sdm sebagai potensi, integrasi sosial keragaman, dan jaminan HAM.
“Sehingga bisa mengandalkan otak dan otot bukan merusak alam, energi sosial dari latar berbeda akan terfokus lebih baik dan positif,” pungkasnya.
Sumber : Merdeka