Jakarta — Mendekati diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Singapura dan Malaysia mengkhawatirkan serbuan tenaga kerja Indonesia (TKI).
Alasannya, TKI yang paham sedikit bahasa Inggris, boleh langsung kerja di negara-negara ASEAN.
“Saya berbincang dengan pihak-pihak pengambil keputusan dari malaysia dan Singapura, termasuk dengan diplomatnya, negara tersebut justru mengkhawatirkan Indonesia. Baik dari sisi TKI maupun produk barang. Masuknya TKI ke negara lain otomatis membuat barang dari negaranya, lebih dipilih,” ujar Prananda Surya Paloh melalui video conference di Rumah Aspirasi Prananda Surya Paloh (PSP) Center di Medan, Kamis (10/9), difasilitasi oleh koordinator RA-PSP Medan, Gandi manurung.
Prananda mengatakan, pihak di dua negara itu khawatir sebab besar jumlah dan mulai membaiknya pendidikan di Indonesia bisa jadi penyebab rasa kekhawatiran itu. Bisa bahasa Inggris sedikit bisa punya hak untuk cari kerja di negeri mereka. “Secara positif, sudut pandang Indonesia memandang MEA sebagai kesempatan bukan ancaman,” tandas Anggota Komisi I DPR RI dari Partai Nasdem tersebut.
Pria yang berkantor di senayan berasal dari daerah pemilihan Sumut I itu mengatakan, TKI kita di malaysia sangat signifikan jumlahnya. Penduduk malaysia sekitar 27 juta, sementara jumlah TKI kita disana sekitar 1,2 juta. Penduduk Singapura sekitar 5 juta jiwa dan TKI kita di negeri itu sekitar setengah dari populasi penduduk. Dengan komposisi tersebut, di era MEA, otomatis jumlah tersebut akan semakin bertambah.
Komposisi itu, lanjut Prananda, dapat mempermudah masuknya barang modal dan jasa dari Indonesia. Apalagi, lanjutnya, kini Indonesia memasuki era industri berdaya saing. “Beda industri dengan dagang adalah pada kegiatan risetnya dan bukan orientasi dari sales tapi orientasi produksi,” tandasnya, sambil mengatakan pihaknya takjub plus kaget ketika berjumpa sebuah industri kecil di Indonesia yang sudah bekerja sama dengan Jepang dalam memproduksi baterai kapal selam.
Produk tersebut, lanjutnya, sudak masuk ke kancah Internasional, jadi tak semata di negara MEA. “Inilah yang harus diciptakan lebih banyak lagi, dengan menyediakan atmosfer yang tepat.” jelasnya, sambil menegaskan bahwa industri tersebut tetap harus punya daya saing yang lebih dari produk lainnya. “Jadi, MEA yang punya daya saing tersebut menjadi satu kesempatan untuk menunjukan bahwa Indonesia Hebat,” tutup Prananda Paloh.
Sumber : SIB tanggal 11 September 2015