PSP News — Ketika 26 Juli 2011, Jakarta sedang cerah-cerahnya. Tidak seperti biasanya, Hotel Mercure, Ancol sedang ramai dengan sekumpulan penerus bangsa berkumpul. Bukan tanpa maksud, mereka berkumpul karena prihatin terhadap arah bangsa. Seperti tanpa kompas, Bangsa ini seakan tak bisa lepas landas.
Hotel Mercure menjadi saksi bagaimana peta jalan dan kompas sekaligus semangat gerakan restorasi deklarasikan. 26 juli 2011 momentum untuk terus bergerak maju. Ibarat peribahasa, Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang,
8 tahun kemudian, kapal bergerak kencang, restorasi terus dikumandang, agar indonesia jadi bangsa pemenang. Kapal itu bernama NasDem. Awalnya diremehkan memang, partai baru tidak akan bertahan di rimba politik. Tapi seluruh penghuni kapal yakin, kerja keras tidak akan menghianati hasil.
Ditengah badai ketidakpercayaan masyarakat kepada partai, NasDem malah dipercaya rakyat. Lolos dari parliementary threshold dengan 8.402.812 suara (6,72 persen) pada pemilu 2014. capaian yang menandai NasDem sebagai partai baru yang memperoleh suara terbesar.
Selanjutnya, ketika politik Indonesia diterpa “politik berbiaya mahal” , NasDem lagi-lagi menggratiskan seluruh anak bangsa yang terbaik dalam gerakan restorasi tanpa ada pungutan. Bebas mahar.
Hasilnya, pada pemilu 2019, NasDem mendapatkan 12.661.792 suara atau 9,05 persen. Terjadi peningkatan 4.258.980 suara atau 2,33 persen. Torehan yang memukau ditengah hampir sebagaian besar partai politik mengalami stagnasi dan penurunan perolehan suara.
Tentu, torahan yang memukau pada 2014 dan 2019 bukanlah akhir dari perjalanan partai dalam mewujudkan cita-citanya. NasDem harus terus bergerak maju. Maka ditengah dua momen penting partai yaitu kongres dan ulang tahun, diskursus gerakan restorasi harus dihadirkan.
*Membumikan Restorasi Indonesia*
Sebagai gagasan, Restorasi Indonesia bertumpu pada Indonesia yang merdeka sebagai negara bangsa, berdaulat secara ekonomi, dan bermartabat dalam budaya. Pada tataran praxis, gagagasan restorasi Indonesia mewujud dalam advokasi kebijakan yang kedepan akan menjadi arah partai.
Pertama, Amandemen Konstitusi. Penting karena sebagai fondasi, konstitusi harus mengalami pembaharuan agar tak lekang oleh zaman. Kontektualisasi konstitusi akan membuat kita terhindar dari kungkungan masa lalu.
Kedua, Modernisasi partai. Partai sebagai agregasi kepentingan publik harus menjadi menghasilkan kader-kader terbaik untuk menjadi penerus estafet kepemimpinan bangsa. Maka sejatinya partai harus membuka diri untuk seluruh lapisan masyarakat yang menghibahkan hidupnya untuk memimpin Indonesia. Konvensi calon presiden 2024 menjadi manifestasi politik restorasi kedepan. Konvensi secara filosofis memberikan kemungkinan bagi seluruh anak bangsa dalam menentukan jalannya republik.
Ketiga, Situasi global yang penuh dengan volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity (VUCA) membutuhkan pemikiran dan jalan keluar agar Indonesia mampu menghadapi ancaman resesi global. hari ini ekonomi global diprediksi terus memburuk. International Monetary Fund (IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019, menjadi 3%, dari sebelumnya 3,2% pada 2018.
Pelambatan ekonomi global diperparah dengan semakin dinamisnya konstelasi geopolitik global yang membuat kinerja ekonomi negara emerging market tertekan dan berada dalam tepian resesi yang dapat merembet. Ancaman krisis yang terjadi di Argentina (Peso mengalami tekanan -52,2%) dan Turki (-43,2%) pada 2018 juga merembet ke Indonesia dimana rupiah mengami pelemahan -9,2% YoY atau terparah di Asia Tenggara.
Maka NasDem sebagai partai koalisi mendorong agar NasDem tidak terkena badai krisis ekonomi dan menawarkan politik restorasi sebagai proposal dalam menghadapi resesi dan ancaman bangsa. NasDem mendorong seluruh kekuatan partai untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan serta pembangunan iklim ekonomi yang aman dan berkelanjutan.
Basis kekuatan dan stabilitas bangs hanya bisa dicapai dengan semangat gotong royong sebagai anak bangsa maka politik restorasi harus menyatukan. Oleh karena rumusan ke empat adalah silaturahmi kebangsaan agar ada ruang konsesus tercipta secara deliberatif. Silaturahmi juga menjadi adab berkomunikasi bangsa yang menyatukan sekat dan perbedaan.
Kelima : Tantangan dan ancaman kedepan adalah permasalahan lingkungan. Harus ada konsesus dan aksi global dalam menghadapi ancaman lingkungan. Itu mengapa selain mendorong upaya kerjasama global seperti paris agreement, dan pengarusutamaan green policy dalam level domestik, juga menyerukan aksi kongkit dalam mendukung Indonesia Bebas Sampah Plastik melalui pengurangan penggunaan air kemasan dan atau pembangunan fasilitas air minum gratis (potable water) di instansi/kantor/sekretariat masing-masing.
Yang terakhir adalah memperteguh pancasila sebagai nafas dalam setiap kebijakan legislative dan eksekutif untuk tercapainya cita-cita kemerdekaan. Membumikan politik restorasi adalah pekerjaan rumah NasDem selanjutnya, selebihnya Selamat Ulang Tahun, NasDem.
Charles Meikyansyah – Anggota DPR RI