Prananda Surya Paloh menilai positif dengan status siaga satu dari ancaman teroris menjelang natal dan tahun baru yang dilakukan kepolisian.
“Itu adalah positif sebagai langkah pre emptive strike sebelum mereka maju ke tahap operasional,” ujar Prananda kepada Tribun, Rabu (22/12/2015).
Dikatakan anggota Komisi I DPR RI ini, ada dua langkah perlu dilakukan Polri dan intelijen untuk mencegah berkembangnya paham radikal di tanah air.
Langkah pertama, perlu dibangun kerjasama intelijen dan operasi intelijen berskala global dari Badan Intelijen Negara (BIN).
Hal tersebut penting dalam rangka identifikasi, analisis, dan memformulasikan ancaman secara akurat.
“Jika memungkinkan dapat melakukan pre emptive strike dengan menggunakan pasukan khusus yang bekerja sama dengan kekuatan Internasional,” katanya.
Dalam menjalankan langkah tersebut, tentu perlu dibarengi langkah sweeping dan hunting dari sel yang sudah terbentuk di dalam negeri.
Langkah kedua, deradikalisasi sistemik yang holistik dan agresif, mengingat pengaruh ideologi transnasional teroris ini sudah berjalan lama dan cepat menjalar.
“Maka diperlukan langkah negara yang sistemik, yaitu secara terukur dan terstruktur melalui semua saluran dan badan untuk melakukan deradikalisasi,” ujarnya.
Peran masyarakat pun sangat penting dalam menangkal kelompok ekstrim berkembang di Indonesia dengan mengenali akar ideologinya.
“Untuk itu ada baiknya menggunakan rujukan ilmiah seperti buku terbitan Wahid Institut (mewakili NU), Maarif Institut (mewakili Muhammadiyah), dan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika pada 2009 yaitu Ilusi Negara Islam, Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia, sebagai buku panduan deradikalisasi masyarakat,” ungkapnya.
Sumber : TribunNews