Di awal pelantikan saya sebagai anggota DPR-RI ada peristiwa menarik yang saya alami, yang mungkin menjadi kenangan dalam karir politik yang saya jalani.
Karena belum faham situasi, saya minta sopir saya ke Hotel Grand Melia (tempat menginap anggota DPR baru yang hendak dilantik) untuk membawakan jas dan peci saya pagi hari pukul 6 dari kediaman. Dan ternyata masih macet, saya hanya ditemani oleh Mas Ade dan Bang Gandhi Staf Ahli saya, ini dikarenakan saya sudah terlambat, Bus yang akan mengantarkan saya ke gedung DPR sudah berangkat pukul 7.00 tepat. Akhirnya saya putuskan untuk menyusul ke Senayan menggunakan taxi dan saya minta sopir saya yang terjebak macet di Senayan untuk berjumpa nanti di dalam halaman gedung DPR saja.
Setelah itu saya, Mas Ade dan Bang Gandhi mencegat taxi, kemudian saya minta sopir taxi tersebut untuk tancap gas menuju gedung Senayan. Akhirnya saya bisa menyusul rombongan bus-bus DPR yang masih beriringan di jalan dan kamipun masuk diantara konvoi iring-iringan bus tersebut.
Namun tiba-tiba ada voorider Polisi mengusir taxi kami untuk keluar konvoi, Akhirnya dengan semangat dan ketegangan Ala Fast and Furious taxi kami kejar-kejaran dengan konvoi rombongan serta dikejar juga oleh voorider (mungkin pak Polisinya curiga kami teroris). Mendekati Kompleks Gedung Senayan kami bermasalah dengan road block jalan yang dipasang oleh Polisi. Sambil melambaikan kartu security milik Mas Ade, maksudnya agar kami bisa melewati road block tersebut, namun akhirnya kami diminta untuk berputar-putar dalam kondisi bermacet macet, hingga sampai ke depan pintu gerbang gedung DPR. Kejadian ini belum selesai, security DPR tidak memperbolehkan mobil taxi untuk kami masuk, meski kami sudah jelaskan dengan baik baik. Namun (mereka security) tunduk pada aturan. Sementara itu mobil saya tidak jauh menunggu di dalam halaman gedung DPR, akhirnya saya nekat memerintahkan sopir taxi untuk menerobos batas menuju mobil saya.
Beruntung penerobosan kami bisa berlangsung dengan cepat, meski sempat mengagetkan para security serta pasukan TNI yang sedang berjaga. Setelah saya tiba di mobil, security dan pasukan yang berjaga tadi hendak menyerbu kami, namun mengurungkan niatnya, setelah saya memperlihatkan identitas DPR saya yang ada di mobil.
Kalau tidak bisa kasihan juga kedua tenaga ahli saya dan sang sopir taxi, karena sudah gemetar dari awal bisa kena sasaran (selain saya tentunya). Akhirnya saya bisa mendapatkan jas dan peci saya dan dapat mengikuti pelantikan saya sebagai anggota DPR RI. Dan saya tidak akan melupakan kejadian tersebut, saya sangat berterimakasih sama sang sopir taxi yang dengan dedikasinya dengan situasi apapun melayani pengguna jasanya, sebagai rasa terimaksih saya, saya berikan sejumlah uang yang cukup sebagai pengganti kekhawatiran pak Sopir Taxi tersebut.